Laut Bercerita, Novel Berlatar Sejarah Karya Leila S. Chudori

0
Pict by Instagram @leilachudori

Novel “Laut Bercerita” oleh Leila Salikha Chudori adalah karya sastra Indonesia yang diterbitkan pada tahun 2017. Novel ini mengangkat tema persahabatan, percintaan, kekeluargaan, dan kehilangan. Latar belakang waktu yang digunakan antara tahun 90-an sampai 2000-an.

Novel bergenre historical fiction ini sejak terbit 2017 hingga kini banyak memikat banyak pembaca, karena novel ini bisa membuat pembaca merasa berada pada masa itu, dengan kata lain novel ini mengingatkan para pembacanya akan era-era reformasi di tahun 1998 yang penuh akan kepahitan dan kekejaman bagi para pembela rakyat.

Kesuksesan Laut Bercerita telah membawa buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Penerbit Penguin Random House SEA dengan judul The Sea Speaks His Name. Di tahun 2020 lalu, buku ini kemudian berhasil menyabet penghargaan SEA Write Award. Tidak berhenti sampai di sana saja, keberhasilan Laut Bercerita juga sudah sampai pada bentuk media hiburan lain yakni film pendek. Pada tahun 2021-2022 saja, penjualan buku Laut Bercerita telah mencapai lebih dari 100.000 eksemplar! Angka ini belum dihitung dari penjualan tahun 2017-2020.

Cerita dalam novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dengan jarak waktu yang jauh berbeda. Adapun bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Biru Laut Wibisana beserta para kawan sesama aktivisnya seraya menyelesaikan visi atau tujuan mereka. Sementara pada bagian kedua, kisahnya diambil dari sudut pandang Asmara Jati, adik dari Laut yang mempunyai tujuan atau visi yang cenderung berlainan dengan Laut.

Sinopsis:

Pada tahun 1998 Biru Laut Wibisana bersama dengan tiga temannya yang lain, ia dibawa ke sebuah tempat tidak dikenal dan disekap selama berbulan-bulan. Selama disekap keempat sekawan itu diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia membuka suara. Orang-orang itu ingin tahu, siapa dalang di balik gerakan aktivis dan mahasiswa kala itu.

Masih di tahun yang sama, keluarga Wibisono tengah menjalani aktivitas di hari Minggu seperti biasanya. Setelah acara masak bersama, sang ayah menyusun piring di atas meja untuk empat orang, untuk dirinya, untuk sang ibu, untuk si bungsu, dan juga untuk Biru Laut. Namun, meski lama menunggu Biru Laut tidak kunjung muncul.

Dua tahun selang hilangnya Biru Laut secara misterius, sang adik Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin oleh Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang. Mereka juga mempelajari testimoni dari mereka yang kembali.

Tidak hanya Asmara Jati, kekasih Laut, Anjani dan juga orang tua serta istri aktivis yang hilang turut menuntut kejelasan nasib anggota keluarga mereka. Sementara itu, dari dasar laut yang sunyi, Biru Laut bercerita kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *